Senin, 25 Februari 2013

Jepang Selayang Pandang



Pendahuluan
Jepang adalah salah satu negara maju, yang semua pembaca pasti sudah mengetahuinya. Kenapa mereka biasa maju, walaupun sudah sering dibahas tampaknya tetap menarik untuk diceritakan kembali. Secara geografis mereka sangat miskin, hanya 30 % dari luas wilayahnya yang bisa dihuni, selebihnya adalah laut dan bukit. Hasil tambang atau hasil alam, selain perikanan, hampir tidak ada. Ditambah lagi dengan gempa, tsunami dan angin topan yang datang secara berkala setiap tahun, membuat kerasnya kehidupan mereka seakan bertambah lengkap.
Negara ini pernah menutup diri untuk jangka waktu yang lama, sebagai cara untuk mencegah masuknya pengaruh asing, sampai akhirnya menyadari kesalahannya dan menebusnya dengan melakukan perubahan berani dan besar besaran yang dikenal dengan "Restoresei Meiji" nya. Negara ini juga pernah hancur porak poranda ketika perang dunia ke 2 namun bisa bangkit dalam waktu yang relatif singkat. Tentu saja sangat tidak mudah untuk mau belajar dan membuka diri mengejar ketertinggalan. Juga sangat tidak gampang untuk bangkit dari kekalahan. Namun mereka mampu melakukannya bisa melakukannya.
Disini saya tidak akan beragrumen atau berteori tantang kemajuan negara jepang tapi ingin bercerita tentang pengalaman dan kesan saya tentang negara tersebut. Beberapa hal yang mengesankan yang bisa saya ceritakan adalah sebagai berikut :

Sopan santun di jalan raya
Arus kendaraan mengarlir dengan sangat tertib dan teratur, hampir tidak terjadi kemacetan berarti dan suara klaslon mobil yang merupakan suara umum khas jalan raya disamping deru mesin kendaraan, nyaris tidak terdengar. Di sini pengendara bisa memacu kendaraannya dengan kecepatan yang cukup tinggi tanpa ada rasa khawatir pengendara lain yang memotong jalan atau penyebrang yang melintas secara mendadak, karena untuk menyebrang harus dilakukan pada tempat yang sudah ditentukan, seperti zebra cross.  Ketika lampu merah, pengandara sudah pasti harus mengentikan kendaraannya, namun walaupun lampu hijau, namun bukan berarti bisa belok kiri atau kanan jalan terus karena disaat yang sama adalah lampu hijau untuk pejalan kaki untuk menyebrang. Untuk kota kota yang berpenduduk padat, dengan jumlah penyebrang yang mencapai puluhan orang, proses menunggu ini bahkan bisa berlangsung lebih lama lagi.
Ketika penyebrang sudah habis, kembali harus berhenti karena lampur merah yang kedua bukanlah hal yang tidak mungkin. Untuk kendaraan besar sejenis truk, biasanya dilengkapi dengan speaker yang akan meberikan peringatan ketika membelok " Beep....beep....mau belok kiri, mohon hati hati"secara berulang ulang. Di atas aspal juga terdapat tulisan besar "Belok kiri tolong hati hati". Aktivitas menyebrang jalan menjadi sangat menyenangkan bukan saja aman dilakukan oleh orang dewasa, namun juga oleh anak kecil, orang tua dan pengguna kursi roda. Kadang saya merasa "ditunggu" ketika kita menyebrang, karena jarak saya dengan mobil pengendara yang masih dua atau tiga meter di depan saya.
Kemacetan juga kadang terjadi, namun bukan merupakan bagian dari keseharian. Bus kota misalnya, memiliki time schedul, waktu berhenti di setiap halte dengan sangat tepat waktu. Toleransi kelambatan ( di tempat saya ) biasanya tidak lebih dari tiga menit, bisa memberikan gambaran bagaimana susana jalan di jepang. Dulu saya sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dikeluhkan oleh beberapa rekan jepang yang mengatakan situasi berlalu lintas di Indonesia yang menakutkan dan tanpa aturan. Menakutkan bagaimana ? Aman aman saja khan ?

Kebersihan

Kebersihan tampaknya merupakan bagian dari budaya orang jepang. Secara umum kota kota di jepang sangat bersih. Bukan hanya di sepanjang jalan utama, namun lebih jauh ke dalam, digang gang kecil bahkan di sepanjang daerah aliran sungai termasuk juga didalamnya. Walaupun bersih yang dimaksud masih harus diberi tanda kutip, karena air sungainya berwarna kehijauan terlihat sedikit aneh, namun aneka macam sampah, terutama sampah plastik plastik hampir tidak terlihat. Sungai di beberapa tempat di pusat kota ada yang dijadikan sebagai tempat wisata. Coba saja kalau sungainya bau, mana ada yang mau datang.
Banjir kadang terjadi juga terjadi di jepang, namun lebih sering terjadi daerah dari pada di kota, hal yang mungkin sebaliknya di negara kita. Penyebabnya biasanya karena hujan yang kelewat deras atau jebolnya tanggul, namun bukan karena sampah. Air coberan, limbah rumah tangga tidak bisa dialirkan ke dalam got begitu saja, namun semuanya harus tersambung ke pipa milik pemerintah. Bayangkan saja kalau seandainya semua warga bisa menggali menggali dan membuat lubang kamar mandinya sendiri, stasiun dan jalur kereta api yang letaknya dibawah tanah bisa bau, atau bangunan bisa jebol kebawah. Membuat bangunan rumah atau gedung di sini juga cendrung membutuhkan waktu lama, hanya untuk urusan bawah tanah seperti pipa air, limbah dll. Untuk masalah sampah, ada beberapa aturan tertentu yang harus kita patuhi diantaranya. melakukan pemisahan menurut jenisnya, sampah rumah tangga, plastik , kertas, aluminuim, gelas dll Jadwal pembuangan diatur, biasanya dua kali seminggu. 


Penutup
Itulah sedikit gambaran dan cerita tentang Jepang. Tentu saja masih banyak lagi, hal positif yang ada dan menarik untuk diceritakan. Tentu saja, saya sama sekali tidak menutup mata kalau disamping semua kelebihan yang disebutkan di atas juga ada hal negatif yang sebaiknya tidak ditiru. Tujuan tulisan ini di buat tentu untuk maksud belajar jadi kalau kita sibuk mencari kelemahan bangsa lain, jadi kapan belajarnya. Semoga bermanfaat.

Ditulis oleh : nyoman ardika
Osaka, June 2007

0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Copyright by Anak Kombasta. Diberdayakan oleh Blogger.